Great Experience

Selasa, Oktober 12, 2010

Ini Dia Kompor Bioetanol dari Limbah Salak

YOGYAKARTA--Adhita Sri Prabakusuma, mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, berhasil membuat kompor berbahan bakar bioetanol terbuat dari limbah buah salak.

"Bioetanol sebagai bahan bakar pengganti minyak maupun elpiji terbuat dari limbah buah salak yang cacat panen atau busuk," katanya di Yogyakarta, Senin.

Ia mengatakan selama ini, buah salak tidak layak jual tersebut dibuang petani atau dibiarkan membusuk di pekarangan kebun salaknya. "Di Dusun Ledoknongko, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman yang merupakan salah satu sentra penghasil salak dihasilkan sekitar 1-3 ton limbah salah dalam satu bulan," katanya.

Menurutnya, dari 10 kilogram limbah buah salak dihasilkan sedikitnya 1 liter bioetanol, setelah sebelumnya, limbah buah salak tersebut difermentasikan dahulu selama satu minggu dengan menambah ragi dan urea.

"Cairan fermentasi tersebut dipanaskan dengan suhu 70 derajat Celcius pada tabung destilasi. Hasil pemanasan ini nantinya menghasilkan bioetanol," katanya.

Praba mengakui belum banyak masyarakat Dusun Ledoknongko yang mau mengolah limbah buah salak menjadi bahan bakar.

"Tidak mudah menyosialisasikan inovasi tersebut karena tingkat pendidikan masyarakat di Dusun Ledoknongko berbeda-beda," katanya.

Ia berharap inovasinya membantu masyarakat dalam mengatasi limbah salak, mendukung program pertanian terpadu, dan dalam menerapkan energi ramah lingkungan
Selengkapnya...

Mungkinkah Ponsel Punya Perasaan?

LONDON--Coba bayangkan ponsel yang Anda genggam tahu perasaan Anda. Lalu secara sekejap dia mencoba menenangkan perasaan Anda dengan sentuhannya. Apa reaksi Anda? Tentu menyenangkan bukan. Bayangan tadi tampaknya tak lama lagi bukan sekedar angan-angan. Pasalnya, peneliti tengah mengembangkan teknologi ponsel yang memungkinkan seseorang yang ditelepon mengetahui perasaan si penelepon.

Teknologi yang diadaptasi dari teknologi pengenal suara mulai diujicobakan pada ponsel. Bedanya, pengenalan suara itu dimanfaatkan untuk mengetahui pola suara yang menandakan kondisi psikologi penelpon. Kondisi itu berupa perasaan senang, bahagia, sedih atau marah. Teknologi yang digunakan juga disisipkan piranti lacak atau GPS untuk mengetahui lokasi peneleponCecilia Mascolo, peneliti dari University of Cambridge mengatakan teknologi yang dipakai diibaratkan seorang psikolog yang tengah menangani pasiennya. Menurutnya, setiap individu kini memiliki ponsel sebagai alat bantu yang menunjang aktivitas pemakai.

Bantuan itu tak lagi bersifat statis melainkan dinamis yang mana aspek psikologis mulai ditanamkan. "Apa yang sedang kami garap tetap mengedepankan privasi seseorang. Adakalanya ketika individu berkomunikasi pengenalan kondisi psikologis terhadap lawan bicara memiliki peran penting," paparnya seperti dikutip dari dailymail, (29/9).

Ihwal teknologi yang digunakan, tim riset dari Cambrigde sebelumnya merampungkan riset pendahulan untuk menjadi dasar prediksi kondisi psikologis yang dialami individu. Riset pembuka itu menghasilkan sejumlah catatan seperti 45 persen emosi yang terbentuk saat individu di rumah adalah bahagia. Sebaliknya, 54 persen kondisi psikologis individu di kantor adalah sedih. Tak lupa peneliti juga memasukan prediksi psikologis seseorang dimalam hari.

Jason Rentfrow, psikolog Cambridge menilai teknologi yang tengah dikembangkan bisa dimanfaatkan psikolog sebagai informasi awal sebelum memberikan saran atau nasihat kepada pasien. "Kebanyakan metode yang digunakan merujuk pada pemaparan si pasien. Kadang pasien melupakan informasi yang seharusnya diberitahu. Kadang pula pasien tidak memberitahu informasi yang sebenarnya," ujarnya.

Sejauh ini, riset juga memanfaatkan teknologi Bluetooth untuk digunakan sebagai identifikasi lokasi pembicaraan berlangsung. Meski Bluetooth sempat diragukan keamanannya, peneliti menjamin data yang ada tidak akan bocor kepada pihak yang bertanggung jawab
Selengkapnya...